Semarang (09/03/2023) - Sudah memasuki bulan ke empat dalam tahun 2023, yang mana sudah tidak lama lagi kita akan memasuki tahun yang menegangkan sekaligus menjadi tahun dengan momentum yang ditunggu-tunggu. Pasalnya tahun 2024 merupakan tahun dimana pesta demokrasi akan digelar secara besar-besaran di setiap kota, mengingat pesta demokrasi kali ini merupakan ajang untuk pemilihan presiden yang baru.
Maka dari itu, dosen serta mahasiswa dan juga para wartawan harus bahu membahu untuk menciptakan situasi pesta demokrasi yang tentram dan juga aman. Terlebih lagi dalam dunia pers khususnya media yang menjadi wadah sebagai penyampai pesan terkait hal ini. Hal ini menjadi poin yang perlu diperhatikan.
Demikian
juga yang terdapat dalam acara Dialog Hari Pers Nasional dengan tema “Pers dan Peran Menjaga Demokrasi Menuju
Tahun Politik 2024” yang diisi dengan narasumber Ester Krisnawati selaku dosen
dan ketua program studi Ilmu Komunikasi. “Sudah menjadi hal yang mutlak bahwa
saat ini mahasiswa harus lebih aware soal politik. Terlebih lagi, di tahun 2024
Indonesia akan menggelar pesta demokrasi
pemilihan presiden. Sudah sepatutnya bisa mengambil pikiran serta
tindakan yang kritis dan bijaksana terutama dalam mensukseskan pesta demokrasi
ini guna mendapatkan calon presiden yang taat pada agama dan juga amanah
memimpin bangsa yang besar ini” tutur dosen Universitas Kristen Satya
Wacana.
Sementara itu Amir Machmud selaku Ketua Persatuan Wartawan Indonesia wilayah Jawa Tengah juga memberikan respon yang sama, bahwa saat ini media pers terus berkolaborasi dengan anak-anak muda guna menghasilkan berita terkini yang lebih menarik untuk dibaca namun tetap berisi informasi yang berkualitas tanpa isi berita tersebut menyudutkan pihak manapun. Adapun tanggapan yang perlu digaris bawahi oleh peserta acara saat itu yakni, “Lebih jelasnya begini media pers harus cerdas dan wartawan juga harus waras dalam membuat sebuah berita” tutur Amir Machmud.
Beberapa
peserta dalam acara ini, yang mana merupakan perkumpulan mahasiswa yang berasal
dari beberapa Universitas yang ada di wilayah kota Semarang dan sekitarnya
termasuk Universitas Kristen Satya Wacana. Beberapa mahasiswa juga mengajukan
pertanyaan untuk para narasumber salah satunya “Sikap seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh para wartawan serta
media pers dalam menyikapi fenomena dimana masyarakat lebih mudah terbuai
omongan selebriti influencer. Terlebih dalam hal pemilihan presiden dengan
menggunakan para influencer yang memiliki pengikut ratusan ribu hingga
berjuta-juta dan memiliki kemungkinan untuk membela salah satu kubu yang
berpotensi untuk memenangkan suara rakyat dalam hal memilih calon presiden 2024?”
Adapun tanggapan yang menjadi poin penting dan bisa sebagai pengingat bagi para peserta serta narasumber yang lain, “Saya pikir kita sebagai orang yang berpendidikan seharusnya bisa lebih berpikir kritis dan melakukan check ulang mengenai setiap informasi yang didapatkan dari media online maupun media sosial itu sendiri. Mengingat sudah bukan menjadi hal yang tabu, kalau masyarakat mudah sekali menelan informasi secara mentah-mentah tanpa melakukan pengecekan ulang mengenai kebenaran dari sumber yang valid” Ujar Turnomo selaku Akademisi Universitas Diponegoro.
Dalam puncaknya acara ini, ketiga narasumber sepakat bahwa mahasiswa yang mana akan menjadi pemimpin negara ini di masa mendatang harus memiliki sifat pemikiran yang kritis terutama dalam menyerap setiap informasi yang beredar. Selain itu juga mahasiswa diharapkan bisa menjadi penyaring dan membantu para generasi lansia untuk memberikan edukasi mengenai bahayanya menyebarkan berita hoax. Adapun juga hal yang perlu dijadikan acuan bahwa saat ini wartawan sudah harusnya kembali pada kode etik jurnalistik itu sendiri, yang mana memiliki sifat yang netral alias tidak berpihak pada golongan serta kubu-kubu tertentu.(Gabriela/Sen)